Tahun dimana raga dan segala seisi kepala remuk tidak bernyawa.
Pagi mendung ditengah kota, berat rasanya melangkah menuju tempat yang biasanya jadi tujuan utama. Bekerja selalu jadi rumah untuk seisi rasa. Hatipun seringkali turut mencinta, namun mengapa tidak juga timbul bahagia. Terdiam dibalik jendela memandang lalu lalang tiada henti, membanyangkan tujuan setiap orang yang menancapkan gas seperti diburu sesuatu. Mataku sayu, tangisan semalam masih jelas terasa. Kubuka beberapa catatan internet, membaca ketikan dari teman teman yang sama hancurnya sepertiku, meluapkan masalahnya yang tidak bisa kumengerti dengan jelas. Kemana arahnya. Langkah apa yang bisa disebut sebagai sebuah upaya?
Tahun ini menyebalkan untuk seisi kota, diumur yang sama.
Perempuan pertama, mengirimkan fotonya padaku dengan mata yang sama sayunya. Ia berkata sangat Rindu Ayah. Dan menurutku yang ia rindukan adalah sebuah sandaran, ia rindu sebuah rasa aman, benci merasa sendiri dan kebingungan menjalani hari. Ternyata pernikahan belum tentu bisa menggantikan banyak hal yang telah hilang.
Perempuan kedua, “living in a world full of lies” ketikan malamnya yang ia tulis dengan perasaan mendominasi. Mimpinya akan rencana sebuah pernikahan lagi lagi dihantam batu batu kecil atas sebuah rasa ketidakpercayaan. Pertengkaran, amarah dan rasa saling sayang yang terkadang jadi penghalang untuk berfikir lebih panjang. Doa terbaik selalu kupanjatkan.
Perempuan ketiga. Mengirimkan percakapannya dengan wanita yang seringkali disebut sebagai seorang pimpinan, namun obrolan itu lebih menggambarkan dua kebencian dari setiap ketikan. Semua hasilnya seolah tidak berharga, entah apa yang salah. Mengapa yang timbul hanyalah cacian tanpa arahan. Begitulah perbedaan seorang pemimpin dan pimpinan.
Malam tadi, tangisanku kacau, hingga pagi suaraku masih parau. Sulit rasanya berada dalam perjalanan yang tidak pernah memberi sebuah sinyal kapan kami akan sampai. Begitulah kehidupan berlalu lalang, siapa yang akan bertanggung jawab atas pergeseran roda yang seringkali terasa tidak sesuai dengan porosnya. Redistribusi massa.