We need to talk about sisil, inka, latif, and no name (he still has no name)
Sisil. she was always somewhere in a corner on my mind……screaming crying throwing up. She is an admirer of witchcraft. Si paling sering datang saat aku sedang tidak waras. Berteriak dikepalaku dengan suaranya yang melengking atau bisa disebut Sopran. Sisil tidak pernah bisa diajak bicara. Kadang dia ingin ku panggil Mary. Nama yang terlalu indah untuk dia yang seringkali berteriak dan penuh amarah.
Inka. As she stared, her eyes tells that she knew I’m not okay — she comes off as emotionally fragile. She speaks clear, firm, commanding. Dialah yang nyatanya membuat ku sulit bicara. Dia yang paling tau cara memerintah. Seperti tiap kali aku memotong rambutku saat malam. Atau saat aku mendadak lupa mau menyampaikan hal apa. Dia mengatur segala hal, dari mulai memerintah ku untuk diam, memberi tauku bahwa tidak pernah ada yang dinamakan masa depan, dia yang selalu berkata bahwa banyak hal yang tidak akan sanggup kujalankan. Paling manis saat berbicara, namun posisinya paling dekat dengan isi kepalaku yang dia atur dengan pintarnya.
Latif. He loved me, while knowing about everything that was happening to me. That shit made me fall in love with him. Pretty sure I’d have risked it all for him. You know what is more scary than a nightmare? Dia selalu tau apa yang sedang kuharapkan, dan Seringkali menceritakan memori tentang hal hal menyenangkan yang pada nyatanya tidak pernah terjadi. Dan aku tidak bisa membedakan mana memory nyata dan mana yang tidak. Seolah olah dengan jelas aku merasa pernah duduk berdua dengan orang yang kucintai disebuah kedai kopi sambil membahas banyak hal menyenangkan. Nyatanya aku tidak pernah datang dengan siapapun.
No Name. This is so creepy holy shit he’s the real satan. Pls don’t let me bring my knife.